Raksasa dan Orang Tua Timun Mas

Angin membawa suara siulan merdu ke telinga Ibu. Saat itu Ibu sedang mengisi timba dengan air sumur untuk menyirami kebun buah mereka. Untuk beberapa saat, dia sibuk menyirami pohon pepaya dan mencabuti rumput yang tumbuh di sekitarnya. Lalu dia berdiri dan melihat ke arah hutan saat suara siulan itu makin keras. Wajahnya terlihat kuatir. Kemudian dia melangkah dengan cepat ke arah rumah.

Ayah sedang sibuk memperbaiki salah satu jendela depan yang aus termakan usia ketika dia mendengar suara Ibu memanggil namanya.

“Pak.. Pak.. Aku dengar siulan Raksasa. Akhirnya dia datang dan akan mengambil anak kita!” Kata Ibu.

Ayah berhenti memukul paku dengan palu, dan meletakkan palu itu di lantai. Kemudian dia berkata, “Dimana Timun Mas, Bu? Apa dia sudah berangkat ke kota?”

“Iya, iya.. Dia berangkat ketika aku bersiap siap untuk menyirami pohon buah kita.”

Suara gedoran di pintu belakang rumah mereka mengejutkan kedua orang ini.

“Haaaaiii orang tua Timun Mas! Keluar dari rumah kalian saat ini juga.” Kata si raksasa dengan suaranya yang menggemuruh.

Ayah dan Ibu saling berpandangan dengan raut muka penuh ketakutan seakan saling bertanya tentang apa yang akan mereka katakan kepada raksasa sebelum akhirnya mereka keluar dan menemui raksasa ini

Mereka terkejut karena raksasa yang mereka lihat berbeda dengan raksasa yang mereka temui bertahun tahun silam.Raksasa yang mereka lihat saat ini berkulit merah dengan bintik bintik pucat di sekujur tangannya.

“Mana Timun Mas? Aku datang untuk mengambilnya. Dia adalah milik kami. Sekarang adalah waktunya untuk dia kembali kepada kami.” Kata raksasa bintik pucat.

“Sekarang belum waktunya untuk mengambil Timun Mas. Dulu janji yang kami terima dari raksasa hijau adalah bahwa Timun Mas akan diambil dari kami ketika dia berusia 17 tahun. Sekarang  usianya belum sampai 17 tahun!” Kata Ibu dengan keberanian yang dia harap bisa menutupi ketakutannya.

“Ah, jangan berkelit! Sekarang aku disini untuk mengambil Timun Mas. Aku tidak akan pulang dengan tangan kosong!” kata Raksasa itu.

Pada akhirnya, Raksasa bintik pucat ini meninggalkan rumah dengan membawa Ayah untuk menggantikan Timun Mas.

Previous
Previous

Making Space for Indonesian American Writer in American writing courses and workshops

Next
Next

Frigid Winter will Get Easier