Petualangan Tumbar (1)
Cuaca hari ini seperti wajan yang sedang sibuk menggoreng di dapur. Panas. Di cuaca panas seperti ini, teman kita berada di pasar provinsi. Pasar provinsi adalah acara tahunan. Tiap provinsi punya jadwalnya sendiri. Pasar ini biasanya berlangsung beberapa hari. Di dalamnya ada kios kios makanan, area bermain untuk pengunjung, pertunjukan seni, berbagai lomba untuk kewan peliharaan, dst. Teman kita ini seorang perempuan dan dia baru 3 bulan tinggal di kota Langgeng Sejati. Sebelun tinggal di kota ini, dia tinggal di kota London. Orang tuanya tinggal di London. Dia sekolah dan bekerja di London. London adalah kampung halaman teman kita ini.
Sebelum masuk lebih jauh ke pasar provinsi, dia mencari temannya. Mata teman kita tengok kanan dan kiri, depan dan belakang, mencari sosok dengan warna kulit yang sama seperti dia. Dia menoleh kembali ke kanan ketika dia mendengar seseorang menyebut namanya.
“Hey Tum! Tumbar! Hey!”
Teman kita yang sekarang kita tahu bernama Tumbar ini melambaikan tangannya ke arah sumber suara tersebut. Dia tetap berdiri di posisi yang sama.
“Hah. Kupikir kamu lupa. Aku sudah siap siap telpon kamu, Mer.” Kata Tumbar.
Nafas Merica sedikit terengah engah karena dia berlari ke arah Tumbar setelah teriakannya. “Susah cari tempat parkir. Parkiran pasar penuh, aku putar putar cari parkiran di rumah rumah sekitar sini. Agak mahal sih tapi ya mau gimana lagi.”
“Oh..” Jawab Tumbar.
Pertemanan Tumbar dan Merica sudah berjalan selama 15 tahun. Merica pindah ke Langgeng Sejati sejak dia lulus kuliah di London sementara Tumbar tetap tinggal di London bersama orang tuanya.
Tumbar membuka ranselnya dan mengambil botol air minum. “Panas banget disini yah, Gerah, kaya di London. Kemarin di telepon kamu bilang kalau aku harus punya jaket untuk musim dingin. Aku bawa jaket dari London.”
“Habis dari pasar ini, kita bakal ke Mall Tunjungan untuk cari jaket. Sekarang kita cari sarung tangan. Yuk ke gedung sebelah sana.” Kata Merica.